Nadiem Makarim Beberkan Keluhan soal Belajar di Rumah karena Corona: Hanya Diberikan Pekerjaan Berat

Pemerintah Indonesia telah menggalakkan seruan untuk berkegiatan di rumah, pasca menyebarnya wabah Virus Corona (Covid 19). Mulai dari bekerja, sekolah, hingga beribadah, semuanya dianjurkan untuk dilakukan dari dalam rumah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengaku dirinya mendapatkan keluhan seputar kebijakan belajar di rumah, yang telah dilaksanakan oleh sejumlah sekolah.

Dikutip dari YouTube Kompastv , Selasa (24/3/2020), awalnya Nadiem menjelaskan mengapa belajar di rumah menjadi hal yang penting. "Kami ingin menganjurkan beberapa hal, kami anjurkan bagi daerah daerah yang sudah melaksanakan belajar dari rumah, untuk dipastikan agar gurunya juga belajar dari rumah untuk menjaga keamanan guru itu sangat penting," paparnya. Mantan bos Gojek itu menekankan bahwa belajar dari rumah bukan berarti peran guru hanya sebatas memberikan tugas.

Nadiem ingin guru tetap aktif dalam mengajar. Keaktifan dapat diwujudkan melalui komunikasi, dan pendampingan terkait tugas tugas murid. "Dan kami juga ingin menekankan bahwa walaupun banyak sekolah sekarang melakukan belajar dari rumah, bukan berarti gurunya hanya memberikan pekerjaan saja kepada muridnya," jelas Nadiem.

"Tapi juga ikut berinteraksi, dan berkomunikasi membantu muridnya dalam mengerjakan tugasnya," imbuhnya. Selama kegiatan belajar di rumah berlangsung, Nadiem mengakui dirinya mendapat keluhan dari orangtua murid. Keluhan itu terkait beban pekerjaan rumah yang begitu banyak, namun minimnya pendampingan dari guru.

"Kami mendengar banyak keluhan dari berbagai macam orangtua, dan mahasiswa yang hanya diberikan pekerjaan yang begitu berat, tapi tidak dibimbing," kata Nadiem. Nadiem berpesan agar guru bisa berperan aktif melakukan pendampingan kepada muridnya, meskipun dilakukan dari rumah. "Jadi ini mohon siswa siswa kita walaupun bekerja dari rumah, guru itu juga benar benar mengajar dari rumah, dan membantu membimbing siswa siswanya," tandasnya.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memberikan pesannya kepada masyarakat Indonesia terkait wabah Virus Corona (Covid 19). Jokowi memperingatkan agar imbauan social distancing atau pemisahan jarak sosial, ditanggapi dengan serius. Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Jokowi, lantaran ia masih banyak menemukan laporan soal warganya yang memanfaatkan imbauan beraktivitas di rumah, untuk waktu liburan.

Dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden , Kamis (19/3/2020), awalnya Jokowi menjelaskan bahwa prioritas pemerintah Indonesia saat ini adalah menekan penyebaran Covid 19. "Prioritas kita adalah mencegah penyebaran Covid 19 lebih luas lagi," katanya. Cara penekanan di antaranya adalah dengan mengurangi mobilitas masyarakat Indonesia melalui kampanye social distancing .

"Kita terus menggencarkan, sosialisasi untuk menjaga jarak, social distancing , dan mengurangi kerumunanan yang membawa risiko penyebaran Covid 19," jelas Jokowi. Pada Rapat Terbatas yang diadakan di Istana, Kamis (19/3/2020), Jokowi juga meminta kepada para menteri dan kepala lembaga, untuk terus menyerukan social distancing. "Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah di rumah betul betul harus kita sampaikan terus, sehingga betul betul bisa dijalankan secara efektif di lapangan," kata Jokowi.

Jokowi menyadari tidak seluruh masyarakat Indonesia mampu bekerja di rumah. Bagi warga yang harus bekerja seperti biasa, Jokowi berpesan agar selalu menjaga jarak untuk meminimalisir penyebaran Covid 19. Kemudian Jokowi menyampaikan peringatannya terhadap masyarakat Indonesia yang justru ambil kesempatan dalam imbauan aktivitas di rumah.

"Jangan sampai kebijakan ini dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk liburan, saya lihat Sabtu Minggu kemarin di Pantai Carita, di puncak, lebih ramai dari biasanya." "Sehingga hal ini akan memunculkan sebuah keramaian yang berisiko memperluas penyebaran Covid 19," tegas Jokowi. Ayah Gibran Rakabuming Raka itu juga meminta agar penerapan social distancing dilakukan terhadap sarana transportasi umum.

"Saya juga minta diterapkan secara ketat menjaga jarak, social distancing, di area area publik, termasuk di dalam transportasi publik." "Seperti di bandara, pelabuhan, stasiun kereta api, stasiun bus, untuk mencegah penyebaran Covid 19," lanjutnya. Demi meningkatkan efektivitas penekanan wabah Covid 19, Jokowi meminta Tim Gugus Tugas Covid 19 merangkul tokoh tokoh agama untuk memastikan segala kegiatan keagamaan yang melibatkan massa dalam jumlah besar agar ditunda.

Sebab konsentrasi massa dalam jumlah besar akan meningkatkan potensi penyebaran Covid 19.